
Akhir-akhir ini sering banget mendengar istilah bank digital. Ramenya pemberitaan tentang bank digital juga membuat saham-saham yang mengaku bank digital melonjak to the moon terutama di tahun 2021 kemaren.
Namun sebenarnya apa sih bank digital itu.
Bank yang tidak mempunyai teller dan satpam di depan yang ramah menyambut customernya?
Bank yang mempunyai layanan bisnis berbeda dengan bank kebanyakan/ konvensional?
Atau hanya bank konvensional yang menggunakan layanan digital untuk membantu pelaksanaan proses bisnisnya?
Dan apakah bank digital akan bertarung dengan bank konvensional?
Saya mencoba merangkum dan menjabarkan pelan-pelan tentang berbagai pertanyaan di atas dan sumber-sumber yang menjadi rujukan saya akan saya tulis di akhir artikel.
Berikut daftar isi artikel ini
A. Sejarah Bank Digital
B. Pengertian Bank Digital
C. Perbedaan Layanan Online Bank (Mobile Bangking) Dan Bank Digital
D. Manfaat Digital Bagi Bank Dan Nasabah
E. Kelebihan Konsep Digital Bagi Bank
F. Kekurangan Bank Digital
G. Apakah Bank Konvensional Akan Bertempur Melawan Bank Digital?
H. Apa “Musuh” Sebenarnya Dari Bank Konvensional?
I. Kesimpulan
A. SEJARAH BANK DIGITAL
Kalian sudah tidak asing kan dengan istilah SMS banking atau mobile banking atau internet bangking?
Nah, digital bank adalah hasil pengembangan keduanya bersamaan dengan perkembangan fintech saat ini.
Awalnya, pemanfaatan internet pada dunia perbankan hanya dapat digunakan untuk beberapa fasilitas saja seperti melakukan transfer atau mengecek rekening. Namun, dalam administrasinya seperti pembukaan baru atau menutup akun tetap dilakukan di kantor bank terkait.
Seiring berjalannya waktu dan meningkatnya perkembangan dunia digital, kini semakin banyak bank yang meningkatkan layanan online bahkan bermigrasi sepenuhnya pada layanan internet alias end to end platform.
B. PENGERTIAN BANK DIGITAL
Berdasarkan situs Tavaga, bank digital adalah mendigitalkan semua operasi perbankan dan menggantikan kehadiran fisik bank dengan kehadiran online.
Dengan kata lain, menghilangkan kebutuhan nasabah untuk mengunjungi kantor cabang bank.
Menurut Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam, bank digital adalah sebuah end-to-end platform yang mencakup
- front end yang dilihat oleh nasabah,
- back end yang dilihat oleh bankers melalui server dan panel control admin mereka
- dan middleware yang menghubungkan front end dan back end (Sebagai informasi, middleware adalah software yang menghubungkan operating systems atau databases dengan berbagai aplikasi yang digunakan nasabah).
Bank digital adalah bank yang memfasilitasi seluruh fungsi bank dalam layanan platform digital. Bank digital memiliki seluruh fungsi dari head office, branch office, online service, bank cards, ATM and point of sale machines.
Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan bank digital sebagai Bank Berbadan Hukum Indonesia (BHI) yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha terutama melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain kantor pusat atau menggunakan kantor fisik terbatas.
Jika merujuk pada peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) nomor 12/PJOK.03/2021, dijelaskan bahwa digital bank adalah layanan perbankan elektronik yang ditujukan untuk dapat maksimal dalam pemanfaatan data nasabah sebagai upaya memberikan pelayanan lebih cepat, mudah, sesuai kebutuhan dan dapat dilakukan nasabah secara mandiri dengan tetap memperhatikan unsur keamanannya.
Bank BHI adalah bank yang berdiri serta menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia dan dapat berbentuk sebagai perseroan terbatas, koperasi, perusahaan daerah, atau bentuk lain yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah.
Namun, OJK tidak mendefinisikan bank digital sebagai jenis bank yang baru. Dalam undang-undang perbankan yang berlaku di Indonesia saat ini, hanya ada dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Jadi kata kunci bank digital adalah
- end to end platform (customer, banker)
- aset fisik yang berkurang (tidak ada kantor cabang, tidak ada atm, berkurangnya pegawai)
- kemudahan (kapanpun dimanapun)
Dari pengertian di atas kita bisa mengetahui bahwa bank digital bukanlah jenis bank baru tetapi sebuah bank yang menerapkan proses digitalisasi dalam proses bisnisnya.
C. PERBEDAAN LAYANAN ONLINE BANK (MOBILE BANGKING) DAN BANK DIGITAL
Istilah bank digital dan layanan online bank (sms bangking, internet bangking, mobile bangking) seringkali diartikan sama meski sebenarnya berbeda.
Seluruh layanan bank digital sudah dilakukan secara online sedangkan layanan online bank adalah bank konvensional yang membuka layanan online untuk memudahkan nasabah melakukan transaksi tertentu seperti mengecek rekening, melakukan transfer dll.
Kalo sebuah bank sudah memiliki aplikasi mobile bangking belum berarti bank tersebut sudah digital tetapi hanya 1/3 proses menjadi bank digital.
Kita tidak bisa langsung mengatakan sebuah bank konven menjadi bank digital jika bank tersebut hanya mempunyai aplikasi yang bisa digunakan untuk melakukan pendaftaran, melakukan proses transaksi perbankan dll karena kita juga harus tau apakah di bagian backend bank sendiri sudah menerapkan digitalisasi atau belum.
D. MANFAAT DIGITAL BAGI BANK, NASABAH DAN PEMERINTAH
Seperti yang sudah disebut di awal bahwa bank digital ini bukanlah hanya sebuah bank yang memiliki aplikasi online/ mobile bangking saja (internet bangking, sms bangking, mobile bangking dll yang diperuntukkan hanya untuk customer) tetapi konsep digital yang sudah end to end platform (mencakup pihak customer dan bank) sehingga tentunya masing-masing pihak akan mendapat manfaat yang tidak sedikit.
Manfaat adanya konsep digital bagi bank yaitu :
- Mengurangi biaya pengeluaran yang biasa digunakan seperti kantor cabang, ATM, pegawai).
- Menambah revenue dengan membuat ekosistem
- Memudahkan pihak bank untuk mengidentifikasi profil nasabah
Sedangkan manfaat bagi customer adalah :
- Kemudahan melakukan transaksi yang bisa dilakukan kapan pun, di mana pun
- Biaya admin lebih sedikit bahkan bisa gratis
- Memiliki bunga yang lebih besar
- Ada reward atau promo khusus (Karena dengan digital maka bank bisa membuat ekosistem pembayaran)
Bagi pemerintah, konsep bank digital ini juga memiliki manfaat yaitu mendukung program cashless society.
Cashless society adalah fenomena masyarakat memanfaatkan pembayaran digital saat melakukan transaksi keuangan, sehingga penggunaan uang tunai minim terjadi.
Keuntungan adanya cashless society adalah
- Meminimalisasi peredaran uang palsu
- Terhindar dari tindak kriminal akibat membawa uang fisik
- Transaksi keuangan lebih mudah, cepat dan aman
- Perputaran ekonomi lebih cepat
E. KELEBIHAN KONSEP DIGITAL BAGI BANK
Salah satu keunggulan tersendiri bank konvensional yang sudah mendigitalkan end to end platformnya adalah :
– Pengeluaran bisa ditekan
Karena tidak ada kantor cabang, ATM maupun pegawai yang banyak maka anggaran tersebut bisa dialihkan untuk membuat biaya administrasi yang lebih rendah, biaya transfer yang lebih murah atau bahkan gratis, dan suku bunga yang lebih tinggi (asal memenuhi peraturan yang ada)

– Bisa mendapat data nasabah sehingga bisa promo yang ada bisa menyesuaikan dengan profil nasabah
Dengan digital pihak bank bisa dengan mudah melihat dan menganalisa profil masing-masing nasabahnya sehingga bisa membuat program yang disesuaikan dengan profil nasabah yang bersangkutan.
Mulai dari promo diskon, cashback, hingga poin yang jika dikumpulkan dapat ditukarkan dengan voucher diskon.
– Bisa membuat ekosistem pembayaran yang diharapkan bisa meningkatkan pendapatan
Menurut Ekonom Mirza Adityaswara, bank digital tidaklah serta merta menjadi mudah untuk menggaet nasabah dalam waktu singkat karena laba bank diperoleh dari menjaring deposit dan menyalurkannya sebagai kredit. Laba bank juga diperoleh dari pendapatan nonbunga, misalnya menyediakan jasa transfer, konversi valuta asing, dan layanan investasi.
Oleh karena itu, bank digital sebaiknya bekerja sama dengan pihak lain dalam rangka membentuk ekosistem, misalnya ekosistem e-dagang, layanan transportasi, ekosistem petani, dan pengusaha mikro, ekosistem layanan pembayaran.
Dari ekosistem yang terbentuk inilah akhirnya bank bisa menambah revenue.
Contoh proses membayar listrik sebelum ada konsep bank digital yaitu uang kita tarik melalui ATM kemudian kita menuju PLN untuk melakukan pembayaran listrik, kita menuju konter pulsa untuk membeli pulsa.
Dengan bank digital, kita hanya menggunakan handphone untuk membayar listrik, membeli pulsa, melakukan pembayaran rutin lainnya, melakukan pinjaman, melakukan aktivitas investasi seperti membeli mata uang asing, membeli obligasi pemerintah dll.
Bahkan ada bank yang dalam aplikasinya ikut menjual tiket menonton Moto GP Tahun 2023.
F. KEKURANGAN BANK DIGITAL
Walopun bank digital adalah tentang masa depan, namun jika ditarik untuk saat ini tetaplah mempunyai sedikit kekurangan
1. Layanan internet
Internet merupakan masalah yang WAJIB diperhatikan karena tanpa ada internet bank digital tidak bisa diakses apalagi dengan tidak adanya kantor cabang membuat peran internet ini semakin vital
Untuk saat ini internet di Indonesia belum begitu merata namun pastinya untuk 5 sampai 10 tahun mendatang seharusnya sudah lebih baik dari sisi kecepatan dan jangkauan.
2. Risiko atau kejahatan yang semakin canggih
Semakin canggih suatu sistem tidak lantas membuat risiko kejahatan berkurang, namun justru malah bertambah.
Dengan hanya menggunakan internet kita bisa saja dengan mudah ditembus oleh para penjahat dengan cukup menggunakan email untuk melalukan phising atau carding.
Phishing adalah kejahatan dunia maya (cybercrime) di mana seseorang menyamar sebagai lembaga yang sah menghubungi korban atau target melalui email, telepon, atau pesan teks, agar ia memberikan data sensitif seperti informasi identitas pribadi, detail perbankan dan kartu kredit, serta kata sandi.
Carding adalah suatu aktivitas belanja secara online dengan menggunakan data kartu debit atau kredit yang diperoleh secara ilegal.
Carding relatif mudah dilakukan sebab tidak membutuhkan kartu fisik dan hanya mengandalkan data dari kartu debit/kredit yang ingin disasar.
Biasanya pelaku akan mencari dan mendapatkan data-data dari kartu debit atau kredit bisa melalui marketing palsu, merchant palsu, pencatatan data-data sensitif oleh oknum pada merchant, ataupun dari kartu hilang.
G. APAKAH BANK KONVENSIONAL AKAN BERTEMPUR MELAWAN BANK DIGITAL?
Bisnis inti suatu bank yaitu laba bank yang diperoleh dari
- menjaring deposit dan menyalurkannya sebagai kredit.
- pendapatan nonbunga, misalnya menyediakan jasa transfer, konversi valuta asing, dan layanan investasi.
Sehingga mau digital atau tidak, sebuah bank akan mendapat pemasukan dari 2 hal tersebut (tambahan revenue untuk bank digital adalah ekosistem yang sudah saya tulis di atas)
Dengan melihat bisnis inti seperti di atas, apakah bank konvensional akan bertempur dengan bank digital?
Menurut saya tidak, tetapi lebih tepatnya adalah bank konvensional yang tidak digital akan bertempur dengan bank konvensional yang melakukan proses digital.
Konsep bisnis bank tetaplah sama yaitu menjaring uang dari masyarakat kemudian oleh bank uang tersebut dipinjamkan ke masyarakat lain.
Konsep bank digital ini membuat semuanya menjadi lebih mudah dan personal.
Walopun bank digital menggunakan aplikasi yang wah dan menarik, kalo tidak ada yang menaruh uang di banknya ya tetap saja mereka tidak akan mendapat dana tabungan/ investasi yang bisa dipinjamkan.
H. APA “MUSUH” SEBENARNYA DARI BANK KONVENSIONAL?
Justru yang menjadi lawan utama bank adalah para startup yang mempunyai bisnis bersisian dengan bank seperti
- fintech pembiayaan contoh Akulaku, Kredivo, Tanifund, Modal Rakyat
Layanan ini menggerogoti kue milik bank karena seharusnya bank bisa melakukan proses pembiayaan dan mengambil keuntungan namun sekarang harus berhadapan dengan startup yang bergerak dengan lincah dan berani mengambil resiko dengan menggaet masyarakat unbankable (tidak memenuhi syarat untuk mendapat pinjaman bank)
- fintech untuk investasi seperti Bareksa, Bibit
Dulu yang namanya investasi seperti membeli reksadana atau obligasi harus melalui bank. Sekarang tidak perlu.
Cukup sambil rebahan download aplikasi seperti di atas, kemudian topup langsung kita bisa berinvestasi.
Memang uang pembelian investasi kita seperti reksadana masih dititipkan di bank kustodian tetapi dengan memotong alur maka pihak bank hanya mendapat “keuntungan yang lebih tipis’ dibanding jika kita berinvestasi langsung melalui banknya.
- fintech pembayaran contoh Gopay, Ovo, Dana
Dulu putaran uang seperti ini, kita menabung di bank kemudian saat membutuhkan kita akan menariknya kembali.
Sekarang tidak. Kita tidak perlu menaruh uang kita di bank tetapi cukup menaruh di startup fintech pembayaran seperti Gopay, Ovo. Dan dari startup ini kita dengan mudahnya langsung bisa membelanjakan untuk berbagai hal seperti makanan, hiburan, fashion dll.
Dengan adanya fintech di atas membuat keuntungan yang seharusnya “dimakan” sendiri oleh bank menjadi terbagi dan bank hanya mendapat “kue” paling belakang yaitu semua dana di atas tetap ditaruh di bank.
Nb : penyebutan nama startup hanya semata-mata sebagai contoh dan tidak ada kepentingan terselubung
I. KESIMPULAN
- Bank digital bukanlah jenis bank baru tetapi HANYA penyempurnaan sistem dari bank konvensional
- Bank konvensional yang tidak beralih ke konsep bank digital (membuat sendiri maupun akuisisi) cepat atau lambat akan mati
- Konsep bank digital tidak mengubah bisnis perbankan tetapi hanya memudahkan bisnis perbankan
- Musuh utama bank konvensional bukanlah bank digital tetapi startup yang mampu dan berani mengakses masyarakat unbankable
- Ujungnya adalah yang akan menang tetaplah Bank yang menawarkan kemudahan, kenyamanan dan kepercayaan bagi nasabahnya bukan bank yang mengadopsi teknologi paling tinggi
Tambahan :
SYARAT MENJADI BANK DIGITAL
Mendirikan bank digital tidak harus memulai dari awal.
Sebuah perusahaan bank konvensional yang sebelumnya sudah berdiri dan termasuk Bank Berbadan Hukum Indonesia atau bank yang ada secara fisik, bisa melakukan transformasi ke bank digital asalkan sesuai dengan Regulasi digital bank di Indonesia yang mengacu pada peraturan OJK nomor 12/PJOK.03/2021.
OJK menyebutkan bahwa ketentuan utama digital bank adalah tetap memiliki minimal satu kantor fisik baik fully digital bank atau hasil transformasi dari bank konvensional.
Beberapa syarat lain untuk beroperasi sebagai digital bank adalah sebagai berikut:
- Digitalisasi model bisnis
Tentunya, bank yang ingin mengoperasikan digital bank adalah harus memiliki model bisnis dilengkapi teknologi inovatif namun tetap aman dalam pelayanannya. - Mampu mengelola model bisnis perbankan digital
Selain digitalisasi pada model bisnisnya, bank digital juga harus mampu mengelola model bisnis perbankan digital tersebut yang berkesinambungan dan bijak. - Memiliki manajemen risiko yang memadai
Syarat ketiga untuk beroperasi sebagai digital bank adalah bank tersebut harus memiliki manajemen risiko yang memadai dalam menghadapi berbagai masalah atau kemungkinan lain di kemudian hari. - Memenuhi aspek tata kelola
Bank digital juga diminta untuk memenuhi aspek tata kelola yang dimiliki, termasuk pada pemenuhan direksi sesuai kompetensi bidang teknologi atau lainnya sesuai standar dan ketentuan OJK. - Menjamin keamanan data nasabah
Meskipun berbasis digital, digital bank di Indonesia juga harus dapat bertanggung jawab atas keamanan data nasabah. Apalagi, terdapat risiko lain yang identik dengan dunia digital, seperti cyber crime berupa pencurian data. - Mengembangkan ekosistem keuangan digital
Terakhir, syarat digital bank adalah mampu berkontribusi dalam pengembangan ekosistem keuangan digital, inklusi keuangan, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap akses perbankan. Atau bersedia ikut andil untuk kemajuan ekosistem keuangan digital dan pemenuhan hak masyarakat Indonesia dalam mengakses perbankan (literasi keuangan).
Sumber :
3. https://finansial.bisnis.com/
6. https://www.hukumonline.com/