
Artikel ini merupakan bagian dari artikel premium yang ada di StockGuide ID
Artikel lain yang bisa dibaca diantaranya
- ACES : Riwayatmu & Penantian Beberapa Nafas
- MLIA : Kinerja Laba Rugi Yang Perlu Diketahui Serta Fakta Dibalik Dividen
- Nasib MARK Setelah Pandemi. Masihkah Terus Berjaya?
- PTPW : Bisa Masuk Ke Segala Sisi, Siap Sambut Proyek IKN
- OBMD (PT Obm Drilchem Tbk) : Dunia Dan Regulator Menjadi Pengungkit Yang Manis
- SRTG Lap Keu Q4 2021 : Memahami Laba Yang Sebenarnya
=======
Tidak pernah terbayangkan secepat ini saya akan menulis tentang SIDO.
Jelas bukan kehebatan SIDO, tetapi LK Q2 2022 penyebabnya.
Kenapa? Hampir semua investor tidak ada yang menyangka bahwa SIDO mempunyai kinerja yang “buruk” bagi sekelasnya.
Memang SIDO masih mencetak penjualan yang sebenarnya hanya turun kisaran 2.5%.
Tapi sekali lagi ini SIDO, emiten yang dihargai premium karena memang kinerjanya yang selalu tumbuh double digit.
Ada apakah dengan SIDO? Apakah sehat-sehat saja? Atau Memang SIDO sudah mulai tidak bertumbuh?
Apapun yang terjadi memang seperti itu kenyataannya dan market bertindak sangat kejam yaitu langsung memberikan penurunan harga sahamnya hingga ARB. Edan
Catatan : artikel ini tayang di StockGuide ID tanggal 30 Juli 2022 dan per tanggal 02 Agustus 2022 SIDO sudah ARB 2x dan posisi saat ini di harga Rp 790.
Berikut ini saya akan mencoba menuliskan fakta tentang LK dan asumsi apa saja yang membuat kinerjanya menurun.
A. Fakta LK
Kita akan membedah LK Q2 2022 SIDO secara sederhana dimulai dari
1. Aset
Ada perbedaan yang signfikan di bagian uang kas dan persediaan.
Untuk uang kas di periode Juni 2022 tercatat Rp 601.3 miliar atau turun dari Rp 1.08 triliun.
Jika merunut di bagian arus kas maka perbedaan yang paling signifikan yaitu terkait pembayaran ke pemasok serta pembagian dividen.
Hal yang kedua yaitu di bagian persediaan yang naik dari Rp 454.8 miliar menjadi Rp 639.2 miliar.
Di bagian persediaan ini juga memang ada kenaikan di bagian pembelian bahan baku dari Rp 628.9 miliar menjadi Rp 738.8 miliar.
Terkait bahan baku ini sudah dikonfirmasi oleh manajemen sebagai salah satu elemen yang menggerogoti kinerja perseroan sehingga manajemen perlu mengambil langkah nyata.
Apa langkah manajemen? Simak terus artikelnya ya
2. Hutang
Ada yang berkurang signifikan di bagian hutang jangka pendek yaitu utang pajak dan beban akrual.
Dan hal ini juga sudah dilaporkan oleh SIDO. Detailnya bisa dibaca disini
3. Laba Rugi
Inilah penyebab akhirnya SIDO harus ditulis karena kinerja bottom linenya yaitu EPS menurun dari Rp 16.86 menjadi Rp 14.85 atau turun sebesar 11.9%.
Sekarang kita masuk ke bagian penjualan yang turun tipis dari Rp 1,654 triliun menjadi Rp 1,612 triliun atau turun sebesar 2.5%.
Apa penyebab penurunannya? Manajemen mengkonfirmasi bahwa ada 2 hal yaitu kesadaran masyarakat terkait kesehatan yang meningkat dan memang permintaan yang menurun pasca covid.
Divisi jamu herbal dan suplemen memang mengalami penurunan yang signifikan karena 2 divisi lain yaitu makanan minuman serta farmasi justru meningkat.
Namun begitu, manajemen SIDO belum melirik farmasi sebagai booster revenue dan hal ini sudah dikonfirmasi di PUBEX periode 2021.
Agar GPM terjaga seharusnya apabila penjualan turun maka beban pokok penjualan turun. Tapi nyatanya tidak.
Beban pokok penjualan justru naik dan hal ini yang menjadikan EPS SIDO turun.
Beban pokok justru naik 4.5% dari Rp 724.7 miliar menjadi Rp 757.6 miliar.
Peningkatan terbesar di bagian beban pokok penjualan adalah bahan baku.
Untuk beban-beban yang lain sebenarnya menurun. Dan hal ini sekali lagi sudah ditekankan oleh manajemen SIDO. Silahkan dilanjut ya…
B. Asumsi
Ada 3 asumsi yang saya dapat dari rangkuman media yang ada yaitu
1. Inflasi bahan baku
Direktur Utama Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul David Hidayat menjelaskan pelemahan rupiah memang berdampak pada kenaikan harga bahan baku produk minuman dan packaging.
Hal ini sudah langsung terkonfirmasi di LK ya karena beban pokok penjualan naik terutama di bagian bahan baku.
2. Kesadaran masyarakat yang meningkat
Inflasi ini menurunkan daya beli masyarakat, mereka memiliki preferensi konsumsi. Kebetulan setelah pandemi masyarakat juga telah memiliki kesadaran terhadap kesehatan, jadi mereka masih membeli produk kesehatan meskipun tidak sebanyak sebelumnya,” ujar Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, David Hidayat saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (17/7/2022).
3. Permintaan menurun pasca covid
Hal ini juga sudah terkonfirmasi yaitu bagian jamu herbal dan suplemen memang mengalami penurunan.
Dan sebenarnya penurunan ini juga terjadi di Q2 2020 dimana penjualan jamu herbal dan suplemen Q2 2019 sebesar Rp 943.1 miliar dan penjualan di Q2 2020 sebesar Rp 923.1.
Di Q2 2021 naik signifikan menjadi Rp 1 triliun. Bahkan di Q3 2021 naik menjadi Rp 1.7 triliun khusus untuk jamu herbal dan suplemen. Ingat kan periode itu ada apa? Ya Varian Delta yang menyerang di bulan Juli 2021.
Dengan melihat kinerja yang ada perseroan tentu saja tidak tinggal diam. Manajemen SIDO sudah melakukan beberapa langkah yang diperlukan yaitu
1. Siap menaikkan harga jual
Direktur Utama Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul David Hidayat mengungkapkan kenaikan bahan baku berdampak pada semua industri, baik bahan baku impor maupun lokal. “Hal ini tidak bisa terelakkan. Kenaikan harga jual menjadi salah satu solusi, tetapi dalam menetapkan kenaikan harga kami tidak gegabah, tetap dengan perhitungan yang matang,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (24/4/2022).
2. Efisiensi operasional
Terkait efisiensi operasional juga sudah dilakukan utamanya di periode Q2 2022 yang sebenarnya justru menurun dibanding Q2 2021.
Beban penjualan dan pemasaran menurun, bahkan di bagian iklan saja SIDO menghemat hingga Rp 34.5 miliar.
Kebetulan kenaikan permintaan ekspor meningkat tetapi belum terlalu besar. Kontribusi expor kami baru mencapai 5 persen dari total pendapatan
Di Nigeria sudah ada anak usaha yaitu Muncul Nigeria Limited yang didirikan pada tanggal 15 Januari 2018.
Muncul Nigeria Limited didirikan untuk memanfaatkan potensi pasar di Nigeria dan negara-negara Afrika lainnya yang memiliki pertumbuhan ekonomi dengan tingkat konsumsi yang besar.
Pada tahun 2021, Muncul Nigeria Limited telah memiliki jalur distribusi di hampir seluruh kota besar di Nigeria dan berhasil menjadi top 3 market leader untuk kategori minuman berenergi dalam kemasan serbuk melalui brand KukuBima Ener-G!. Di tahun yang sama, Muncul Nigeria Limited telah memulai ekspansi ke negara-negara tetangga Nigeria, seperti Benin dan Niger.
Nah itulah fakta dari LK yang didukung oleh pernyataan manajemen serta beberapa asumsi yang menurut kami menguatkan.
Dan sekali lagi manajemen tetap optimis tahun 2022 masih tumbuh double digit atau kisaran 15%.
C. Sisi Lain
Sudah ada fakta dari LK, asumsi yang diperkuat oleh manajemen dan LK serta optimisme manajemen tentang target tahun 2022.
Kita perlu mengetahui sisi lain SIDO yaitu
1. dengan harga Rp 905 valuasi menggunakan Graham Number sudah premium karena harga wajar dengan EPS TTM 40 dan BV 108 adalah Rp 312.
Valuasi menggunakan PEG Ratio juga premium karena rasionya 1.49
2. ada kecenderungan EPS Q2 selalu lebih rendah dibanding kuartal lainnya dan akan ngegas di Q3 dan Q4
3. masa dinilai hanya dari 1 kuartal
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul didirikan tahun 1975 yang artinya tahun 2022 ini sudah berusia 47 tahun.
SIDO sudah makan asam garam pertumbuhan bisnis bahkan pernah hampir bangkrut juga.
Masa hanya karena 1 kuartal growthnya tidak tumbuh langsung dihakimi?
4. ngerinya market adalah tidak sesuai ekspektasi langsung dihajar
Tapi menjawab poin no 3 bahwa bursa saham memang tidak mengenal ampun.
Yang tidak cocok hajar.
5. yang namanya perusahaan akan ada masanya bertumbuh kencang, melambat, stabil dan menurun.
Nah bagi para holder SIDO? Sudah tambah percaya diri atau justru mulai panik?
Sisi lain yang terakhir yang bisa membuat holder SIDO makin kecewa adalah target SIDO tahun 2022 sebesar 15% dari tahun 2021 yang artinya jika tahun 2021 full pendapatan SIDO Rp 4,020 triliun maka target tahun 2022 menjadi Rp 4.623 triliun.
Kabar buruknya per semester 2022 ini pendapatan SIDO baru tembus di angka Rp 1,612 triliun atau masih berada di kisaran 34.8%.
Apakah SIDO mampu menambah 65.2% di semester 2 tahun 2022 ini dengan kondisi covid sudah normal dan terjadi inflasi?
Wait n see untuk Q3 sepertinya bisa menjadi langkah terbaik.
Tapi….ini bursa saham ya, bisa saja sebelum Q3 sudah naik duluan juga bisa, tapi makin ambyar hingga harga 500 juga bisa banget.
Jika ingin membaca artikel seperti ini bisa langsung klik web StockGuide ID ya…
D. Saran
Dengan EPS q2 2022 disetahunkan Rp 30 dan book value Rp 108 menghasilkan harga wajar menurut Graham Number Rp 270. Dibanding harga sekaran Rp 790 maka SIDO sangat overvalue.
Tapi memang untuk emiten yang relatif tumbuh lebih baik menggunakan PEG Ratio berbasis AAGR dan rasio sekarang sebesar 3.64. Masih mahal kalo kita bandingkan fair value peg ratio di angka 1.
Kenapa milih AAGR dibanding CAGR? Simak artikelnya Kalkulator PEG Ratio FREE + Contoh Sahamnya
Trus kalo mau masuk sebaiknya di harga berapa? Menurut saya enaknya pake potensi div yieldnya saja ya…
Di harga Rp 790 dengan dividen total tahun 2021 Rp 34.2 menghasilkan DY 4.3%. Bisalah dicari DY paling tidak 5% yang artinya harga yang bisa dibeli di kisaran Rp 650.
Kalo yang sudah punya bisa avg down ketika sudah turun 15%. Jangan baru turun 2% sudah avg down…Habis nanti modalnya…
Dapatkan analisa saham GRATIS Via Telegram di
Mau Konsultasi Saham Online Dengan GRATIS?
Temukan Saham Fundamental Bagus, Undervalue dan Di Bawah Rp 1000/ lembar
Sumber :
4. https://www.idxchannel.com/