
Disclaimer : Artikel di bawah ini menggunakan contoh sektor batubara karena penulisan artikel bersamaan dengan siklus kenaikan batubara. Ilmu yang ada bisa diterapkan di semua sektor.
=======
Pertanyaan yang sering muncul di Facebook, grup Telegram hingga Stockbit di saat ada sektor tertentu di bursa saham yang naik gila-gilaan yaitu :
‘Apakah harga sekarang saya masih bisa masuk?”
“Jika membeli sekarang apa harganya masih murah?”
“Kalo beli sekarang telat enggak ya?”
Saya perhatikan ada 3 momen pertanyaan itu sering ditanyakan terutama setelah adanya pandemi corona di tahun 2020 yaitu :
Pertama saat rame-ramenya saham farmasi.
Kemudian disusul melejitnya saham bank digital.
Sekarang saham di sektor batubara.
Besok saya jamin pasti masih ada pertanyaan semacam itu. Entah sektor apa yang sedang naik to the moon.
Problemnya adalah mengapa pertanyaan tersebut bisa muncul?
Saya mencoba membedahnya dan menemukan 3 hal yaitu :
1. Saat ada momen kenaikan saham di sektor tertentu secara serentak
Saat sektor tertentu naik secara gila-gilaan pasti akan memancing semua orang yang ada di bursa untuk melihat sektor tersebut.
Ibarat ada makanan yang manis akan membuat semua semut mendekat.
Bahkan tidak hanya orang yang ada di bursa namun media juga ikut memberi atensi yang justru kadang berlebih yang semakin membuat harga naik dan investor pemula mulai kalang kabut dan ingin ikutan.
2. Investor pemula yang belum memiliki sahamnya dan ingin ikut menikmati kenaikannya namun belum memiliki cukup ilmu
Biasanya yang bertanya seperti itu adalah teman-teman investor pemula yang belum memiliki sahamnya dan ingin ikut menikmati euforianya tetapi ilmu dan skillnya masih kurang.
Kenapa? Karena investor yang sudah mempunyai ilmu hampir bisa dipastikan sudah membeli saham-saham tersebut saat harganya masih murah dan sektornya belum manggung bahkan sektornya sedang dijauhi.
Contohnya saat harga batubara di kisaran harga $50 sampe $70an.
Informasi yang tersebar adalah
– batubara mencemarkan lingkungan dan sekarang sedang masuk ke era ESG
– bisnis komoditas adalah bisnis old economy bukan new economy.
3. Investor pemula yang belum paham konsep rule of game dari bursa saham
Teman-teman investor pemula WAJIB memahami suatu siklus kenaikan suatu sektor.
Jika suatu sektor sudah naik tinggi maka tinggal menunggu waktunya untuk turun dan digantikan oleh sektor yang lain.

Memang kita tidak pernah tau kapan suatu sektor itu akan mulai turun. Karena kita TIDAK AKAN PERNAH TAU kapan suatu sektor akan turun hypenya maka sebisa mungkin mencoba menahan diri untuk tidak ikut semua hype yang ada agar tidak nyangkut di pucuk.
Nyangkut di pucuk sebenarnya bukan masalah asal tau ilmunya.
Beli Saham Di Harga PUCUK? Why Not (Beserta Contoh Kasus Sahamnya)
Mau Konsultasi Saham Online Dengan GRATIS?
Temukan Saham Fundamental Bagus, Undervalue dan Di Bawah Rp 1000/ lembar
Belajar Langsung Analisa Value Investing GRATIS Via Telegram di
Terus jika menemukan suatu saham yang sedang tren naik apakah kita masih bisa masuk?
Bisa iya bisa tidak namun kita harus mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini
1. Perhatikan trend dari kenaikan sektor tersebut (Stabil/Masih menanjak/Mulai Turun)
Jika kita ambil contoh yaitu saham batubara yang naik karena ditunjang oleh harga batubara yang memang naik drastis.



Kita mulai perhatikan yang utama adalah apa efek kenaikan harga batubara tersebut dengan kenaikan kinerja perusahaan.
Umumnya perusahaan batubara akan membutuhkan dana kisaran $50 untuk operasionalnya.
Dan jika harga batubara di atas angka modal tersebut maka perusahaan pasti untung.
Jika perusahaan untung harga sahamnya bisa naik bisa juga tetap atau malah turun. Tapi yang hampir pasti naik justru dividennya.
Logikanya jika dividen naik maka orang-orang berebut ingin membeli. Saat orang-orang berebut ingin membeli maka harga sahamnya baru naik.
Bagaimana kalo harga batubara terus menanjak? Tentu saja perusahaan batubara akan kebanjiran cuan.
Jadi patokannya asal harga komoditasnya lebih tinggi dibanding harga operasionalnya MASIH BISA MASUK.
Namun perlu diketahui bahwa ini bursa saham yang tidak rasional dan jika harga komoditasnya turun maka kemungkinan besar harga sahamnya juga turun walopun kinerja perusahaan baik-baik saja alias berpotensi nyangkut di harga pucuk.
Tapi nyangkut di pucukpun sebenarnya tidak masalah ASAL KINERJA PERUSAHAANNYA STABIL. Baca ini Beli Saham Di Harga PUCUK? Why Not (Beserta Contoh Kasus Sahamnya)
2. Perhatikan kinerja perusahaannya
Dalam bursa saham, sekadar rumor atau berita saja bisa membuat harga suatu saham naik atau turun. Begitu juga dengan adanya kenaikan komoditas.
Tugas kita adalah memastikan bahwa rumor atau berita atau kenaikan harga komoditas memang benar-benar terlihat di kinerja perusahaan.
Kenaikan harga sawit seharusnya meningkatkan kinerja perusahaan sawit
Kenaikan harga batubara seharusnya meningkatkan kinerja perusahaan batubara.
Sekali lagi kita harus bisa memastikan bahwa kenaikan-kenaikan komoditas itu memang berimbas dengan kenaikan kinerja perusahaan ya.
Jika kenaikan-kenaikan tersebut tidak berimbas dengan kinerja perusahaan, saran saya JANGAN MASUK.
Jadi pastikan teman-teman membuka Laporan Keuangan dari perusahaan ya.
Bingung cara membaca laporan keuangan? Gampang, ikuti aja panduan di bawah ini
7 Bagian Laporan Keuangan Yang WAJIB Diperhatikan Oleh Investor PEMULA
3. Perhatikan valuasi perusahaannya
Harga komoditas naik, harga saham naik, kinerja perusahaan naik maka kita perlu memvalidasi lagi menggunakan valuasi perusahaannya.
Karena ada yang harga sahamnya naik tinggi membuat valuasi perusahaannya naik
Namun ternyata masih banyak perusahaan yang harganya sudah naik tinggi tetapi valuasi perusahaannya masih murah. Baca artikel ini Rekomendasi Saham Hari Ini Sektor Batubara per 04 Maret 2022 & LK Tahunan 2021.
Inilah tugas kita yaitu memvaluasi perusahaan tersebut.
Namun perlu diketahui juga bahwa walopun valuasi masih murah bukan berarti harga sahamnya akan naik ya, tetapi malah turun juga bisa karena seperti di poin 1, ketika harga komoditas mulai turun maka harga sahamnya juga ikut turun walopun kinerja perusahaan masih bagus dan valuasinya masih murah
Di artikel berikut ada beberapa contoh cara menghitung harga wajar saham.
Cara Menghitung Harga Wajar Saham Menggunakan Beberapa Rumus Populer
Contohnya PTBA di harga sekarang Rp 3620 (harga penutupan tanggal 07 Maret 2022).
Jika dihitung menggunakan EPSnya 702 (annualized) danĀ Book Value : 2088 (annualized) ternyata harga wajarnya Rp 5906. Dengan harga Rp 3620 artinya PTBA masih undervalue dan memiliki MOS 63%.
Ok, sudah jelas ya jika ada yang bertanya
“Apakah harga sekarang saya masih bisa masuk?”
“Jika membeli sekarang apa harganya masih bisa?”
“Kalo beli sekarang telat enggak ya?”
Teman-teman langsung memvalidasi dengan 3 poin ini
1. Perhatikan trend dari kenaikan sektor tersebut (Stabil/Masih menanjak/Mulai Turun)
2. Perhatikan kinerja perusahaannya
3. Perhatikan valuasi perusahaannya
Mau Konsultasi Saham Online Dengan GRATIS?
Temukan Saham Fundamental Bagus, Undervalue dan Di Bawah Rp 1000/ lembar
Belajar Langsung Analisa Value Investing GRATIS Via Telegram di