Kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mengalami penurunan laba bersih sebesar 48,04% menjadi senilai Rp 182,55 miliar sepanjang kuartal pertama 2022. Sebagai perbandingan, laba bersih INTP di periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 351,58 miliar.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan bahwa penurunan laba bersih INTP karena adanya kenaikan biaya energi yang sangat signifikan akibat naiknya harga batubara hampir tiga kali lipat.
Biaya energi kurang lebih mewakili 40% dari total biaya produksi semen sehingga, kenaikan harga beli batubara tentunya mengakibatkan kenaikan yang signifikan pada ongkos produksi semen milik INTP.
Dalam laporan keuangan, beban pokok pendapatan INTP terpantau naik 11,07% menjadi Rp 2,59 triliun dari sebelumnya Rp 2,33 triliun. Salah satu komponen yang naik adalah beban bahan bakar dan listrik yang naik 53,12% menjadi Rp 1,42 triliun dari sebelumnya Rp 928,56 miliar.
Perlu diketahui sampai dengan akhir Maret 2022, kami belum mendapatkan sama sekali alokasi harga beli batubara sesuai harga domestic market obligation (DMO),” terang Marcos kepada Kontan.co.id, Selasa (17/5).
Ke depan, INTP akan terus berupaya bernegosiasi dengan para pemasok batubara untuk dapat mendapatkan harga batubara DMO. Selain itu, INTP juga terus meningkatkan pemakaian bahan bakar alternatif yang semakin hari jumlahnya terus meningkat.
Manajemen tentunya tidak tinggal diam dengan adanya kenaikan batubara dan belum terpenuhinya harga batubara menggunakan perhitungan DMO.
Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Karyawijaya mengatakan penggunaan batu bara mengambil porsi hingga sebesar 40% dari total biaya produksi. Untuk itu upaya penggunakan energi alternatif untuk mengurangi batu bara merupakan langkah strategis yang terus dilakukan oleh INTP.
“Pada tahun 2021 penggunaan energi alternatif mengambil porsi sebesar 12,2% dari total kebutuhan energi batu bara yang mencapai 2 juta ton. Jumlah ini meningkat dari beberapa tahun sebelumnya sebanyak 9,3 juta ton. Sementara untuk tahun 2022 ini penggunaan energi alternatif kami targetkan bisa naik lagi sebesar 3%-4%, dan mencapai 25% pada tahun 2025.
Asal tahu, INTP mengalami penurunan volume penjualan sepanjang Maret 2022. INTP mencatat volume penjualan sebesar 1.3 juta ton lebih pada periode Maret 2022. Realisasi ini sekitar 7% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan untuk akumulasi sampai dengan Maret 2022, total volume penjualan semen domestik INTP hampir mencapai 4 juta ton. Realisasi ini hampir sama dengan pencapaian di periode yang sama tahun lalu.
Marcos mengaku, penurunan penjualan pada Maret 2022 disebabkan INTP yang mulai menaikkan harga jual sebagai antisipasi dari kenaikan ongkos-ongkos produksi. Hanya saja, menurut Marcos penurunan volume penjualan ini merupakan sesuatu yang normal terjadi. “Dimana saat adanya kenaikan harga maka akan terpengaruh dengan volume penjualan, jadi ini sifatnya sementara saja,” sambung dia.
Perseroan telah menekan biaya produksi lainnya mencapai 5,9% per ton diharapkan menjadi bantalan atas kenaikan beban energi
Adapun terkait target volume penjualan dan produksi, tahun ini INTP membidik pertumbuhan sebesar 5%. “Target ini sesuai dengan tren permintaan industri,” imbuhnya. INTP sendiri memperkirakan konsumsi semen nasional akan tumbuh 4-5% tahun ini seiring dengan terjadinya pelonggaran PPKM, serta menggeliatnya proyek-proyek infrastruktur.
Sumber :
1. https://investasi.kontan.co.id/