Dividen GGRM 2022 Rp 2250/Lembar, Diversifikasi Bandara & Sunset Industri Rokok

Emiten rokok PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) sepakat membagikan dividen tahun buku 2021 sebesar Rp4,32 triliun, menjadi dividen yang terendah sejak 2015.

Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada hari ini, Kamis (30/6/2022), Gudang Garam memutuskan pembagian dividen tahun buku 2021 senilai Rp2.250 per saham atau senilai total Rp4.329.198.000.000.

Dividen tahun buku 2021 ini cenderung lebih kecil dari dividen GGRM dalam enam tahun terakhir yang selalu konsisten di level Rp2.600 per saham atau senilai total Rp5 triliun.

Data perseroan menunjukan selama periode 2015-2021, GGRM pernah sekali memutuskan untuk tidak membagikan dividen tahun buku 2019.

Dalam RUPST Tahun 2020, manajemen mengatakan seluruh laba bersih Gudang Garam tahun 2019 akan dimasukkan dalam akun saldo laba yang akan digunakan untuk modal kerja.

Sebagai informasi, sepanjang tahun 2019, GGRM mencatatkan laba bersih Rp 10,88 triliun. Jumlah ini melesat 39,6% dibanding 2018 yang sebesar Rp 7,79 triliun.

GGRM menyebutkan akan menambah lini bisnis baru di bidang infrastruktur, seiring dengan rencana perusahaan untuk membangun bandara beserta infrastruktur pendukungnya.

Direktur Gudang Garam Istata Taswin Siddharta mengatakan meski bakal ada penambahan lini bisnis baru ini, namun perusahaan menyebutkan tak belum mematok keuntungan dari usaha baru tersebut. Lantaran kontribusi untuk keuangan perusahaan diprediksi tidak signifikan.

Bandara dan infrastruktur yang lain kami pastikan kami tidak memiliki tujuan diversifikasi ke infrastruktur komersial. Proyek yang kami masuki itu tanggungjawab kami mengembangkan negara secara nasional dan regional. Apa lini bisnis baru ada kemungkinan tapi kami tidak kejar keuntungan,” kata Istata di Gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (27/8/2019).

Baca  ITMG Q2 2022 : Analisa Saham ITMG, Laba Bersih Naik 291.7%, Apakah Masih Boleh Masuk & Mau Naik Sampe Harga Berapa?

Dalam berita yang kami kutip melalui CNBC (sumber no 4) Istata memastikan, Bandara Dhoho Kediri yang dibangun perseroan segera rampung dan mulai beroperasi pada tahun 2023 mendatang.

Ground breaking bandara ini sudah dimulai sejak pertengahan April 2020 lalu. Nantinya, bandara ini dibuka untuk publik khususnya untuk wilayah Kediri dan sekitarnya sebagai salah satu bandara alternatif di Jawa Timur.

“Progres berjalan baik dan sesuai target, kita targetkan selesai di 2023”.

Adapun biaya yang dikeluarkan kisaran Rp 9 T.

Apakah bandara ini akan menjadi katalis psotifi bagi revenue perusahaan?

Kita patut menunggu laporannya, walopun oleh Istata sudah disinggung bahwa kontribusi bandara ini untuk keuangan perusahaan diprediksi tidak signifikan.

Disisi lain, ada 2 sentimen yang jelas menjadi prioritas GGRM dan emiten yang bergerak di sektor rokok.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal memperkirakan permintaan terhadap industri rokok akan terus berkurang dalam beberapa tahun ke depan. Menurutnya, setidaknya ada 2 hal yang menjadi pemicu.

Pertama, kampanye kesehatan yang dinilai sudah memberikan dampak sehingga industri rokok sudah lama dilihat sebagai sunset industry.

Kedua, kompetisi pasar yang kian ketat dengan munculnya produk alternatif vape. Kehadiran produk vape disebut telah menggerus pasar rokok.

Faisal mengatakan pasar produk rokok perusahaan besar seperti PT Djarum, PT Gudang Garam Tbk. (GGRM), dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMS) mulai ditinggalkan oleh segmen anak muda.

Selain 2 hal tersebut tentu saja momok paling menakutkan dan langsung berimbas ke kinerja adalah cukai.

Faisal mengatakan masalah dari kenaikan tarif cukai itu sebetulnya karena selama ini kenaikan CHT seringkali tidak bisa di prediksi dari tahun ke tahun berapa.

“Tidak ada formula yang betul-betul diikuti oleh pemerintah untuk menentukan berapa kenaikan tarif Cukai, jadi menyulitkan bagi para pelaku, terutama di bisnis tembakau yang dimana cukai itu dinaikan,” ujarnya kepada MNC Portal, Selasa (14/11/2021).

Baca  WEGE Bagikan Dividen Rp 2.92/Lembar

Ketika hal tersebut terjadi menurut Mohammad Faisal Industri rokok akan mengalami kesulitan dalam hal bisnis plan mereka. Kenaikan harga rokok akan membuat demand di pasar menurun, sehingga produsen rokok pun akan mengurangi produksinya yang berpengaruh terhadap serapan tembakau di tingkat petani.

Bagi GGRM, cukai ini juga memiliki imbas yang signifikan.

Laba kotor kuartal I/2022 menurun 16,3 persen secara tahunan menjadi Rp3,3 triliun di tengah kenaikan beban pokok penjualan sebesar 0,7 persen yoy. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan tarif cukai sebesar 6,4 persen menjadi Rp25,1 triliun yang berkontribusi sebesar 96,3 persen.

Dapatkan analisa saham GRATIS Via Telegram di

Mau Konsultasi Saham Online Dengan GRATIS?

Temukan Saham Fundamental Bagus, Undervalue dan Di Bawah Rp 1000/ lembar

Sumber :

1. https://market.bisnis.com/

2. https://investasi.kontan.co.id/

3. https://www.cnbcindonesia.com/

4. https://www.cnbcindonesia.com/

5. https://www.idxchannel.com/

(Sudah dibaca 506 kali, Yang membaca hari ini 1 orang)

Yuk share pendapatmu di bawah ini