
Bagi investor pemula, rasio EPS atau earning per share menjadi salah satu rasio yang hampir pasti digunakan karena EPS itu sendiri menunjukkan laba perusahaan per lembar saham.
Selain itu, EPS juga bisa digunakan untuk menghitung PER dan bisa digunakan untuk menghitung harga wajar saham menggunakan rumus Graham Number. Teman-teman bisa menghitung menggunakan Kalkulator Harga Wajar Saham Disini
Permasalahannya adalah kadang EPS itu naik dan turun bahkan ada perusahaan yang EPS-nya konsisten merah alias minus.
Jelas dengan kondisi tidak ideal seperti, perusahaan ini tidak akan dpilih.
Padahal kalo kita sedikit belajar tentang EPS maka kita justru bisa menemukan saham yang mempunyai potensi turn around yaitu dimana EPS yang tadinya merah menjadi hijau atau yang tadinya minus menjadi plus.
Silahkan disimak terus artikel ini ya
Temukan Saham Fundamental Bagus, Undervalue dan Di Bawah Rp 1000/ lembar
Belajar Langsung Analisa Value Investing GRATIS Via Telegram di
Follow Instagram InveStory ID untuk hiburan bursa saham
Menurut Baridwan (1992), EPS atau earning per share atau laba bersih per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan biasanya dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa tujuan utama suatu perusahaan adalah agar bisa memberikan keuntungan pada pemilik bisnis atau untuk para pemegang saham perusahaan.
Keuntungan ini akan langsung terlihat dari rasio EPS ini.
Jika rasio EPS plus artinya ada “uang sisa” yang bisa dibagikan ke para pemilik saham.
Jika rasio EPS minus artinya pemasukan yang ada tidak bisa menutup semua biaya-biaya yang ada alias perusahaan tersebut merugi.
Rumus dari EPS ini adalah laba dibagi jumlah saham yang beredar
Pertanyaannya apakah semua perusahaan yang EPS-nya minus/ merah adalah perusahaan yang merugi?
Secara harfiah iya tetapi secara konsep belum tentu.
Kita pelan-pelan belajar secara sederhana tentang EPS ini.
Dalam pembahasan EPS ini nantinya akan sedikit menyinggung tentang GPM (Gross profit margin), OPM (Operating profit margin) dan NPM (Net profit margin). Kalian bisa membaca detail tentang pengertian ketiga profit tersebut di link berikut Mengenal Gross Profit Margin, Operating Profit Margin Dan Net Profit Margin
Kita bisa melihat EPS perusahaan dengan menggunakan RTI seperti di bawah ini
Dan jika ingin melihat EPS di laporan keuangan di bagian Laporan Laba Rugi.
Inilah penampakan EPS PBID di Laporan keuangan Q3 Tahun 2021.
Jika teman-teman melihat ada perbedaan antara EPS PBID di RTI dengan EPS yang ada di LapKeu.
Di RTI EPS tahun 2021 adalah 228 sedangkan di LapKeu EPSnya hanya 171.
Mana yang benar?
Tidak ada yang benar maupun salah.
Rasio EPS yang tercantum di aplikasi RTI merupakan EPS yang sudah disetahunkan atau annualized. Cara menghitungnya adalah
- Q1 = Q1 x 4
- Q2 = (Q1 + Q2) x 2
- Q3 = (Q1+Q2+Q3) * 3 / 4
Sedangkan EPS yang ada di LapKeu adalah gabungan dari Q1 + Q2 + Q3
Apa saja penyebab EPS bisa naik dan turun?
- Faktor utamanya jelas revenue, beban-beban dan pajak
- Lembar saham yang beredar
Semakin banyak jumlah saham yang beredar akan membuat EPS suatu saham menjadi terlihat sedikit.
Bagaimana kalo EPS perusahaan yang kita incar ternyata MERAH?
1. Perhatikan revenue 3 atau 5 tahun terakhir.
Jika revenue stabil atau bahkan meningkat maka problemnya di poin 2
2. Perhatikan beban-beban yang ada seperti
- beban pokok penjualan
- beban penjualan
- beban umum dan administrasi
- beban lain-lain
- beban keuangan
- pajak
- selisih kurs
Jika beban ini meningkat tentu saja akan membuat revenue berkurang.
Yang ideal adalah
- Revenue meningkat, beban meningkat tapi tidak sebesar peningkatan peningkatan revenuenya
- Revenue stabil, beban berkurang
- Revenue stabil, beban stabil
Yang sebaiknya dihindari adalah
- Revenue meningkat, beban meningkat jauh lebih besar dibanding peningkatan revenuenya
- Revenue stabil, beban meningkat
- Revenue turun, beban stabil
Kita harus memperhatikan laporan keuangan minimal 3 atau 5 tahun terakhir.
Temukan Saham Fundamental Bagus, Undervalue dan Di Bawah Rp 1000/ lembar
Belajar Langsung Analisa Value Investing GRATIS Via Telegram di
Follow Instagram InveStory ID untuk hiburan bursa saham
Contoh salah satu perusahaan yang memiliki eps merah tetapi sebenarnya masih bagus yaitu saham ANJT.
Perhatikan EPS tahunan dari ANJT di tahun 2018 dan 2019. MERAH merona kan?
Tapi apakah memang aslinya seperti itu? Yuk dicek pelan-pelan
Tahun 2018 mempunyai revenue 2,2T, memiliki gross profit 592 M tetapi mempunyai net profit -4.5Juta
Tahun 2019 mempunyai revenue 1,8T, memiliki gross profit 330 M tetapi mempunyai net profit -58.3Juta.
Yuk sekarang kita cari tau di lap tahunan ANJT tahun 2018.
EPS = -0.00009
Jika melihat LK 2018 dibanding tahun 2017 maka ANJT mengalami hal berikut
1. Revenue turun, beban pokok turun tetapi turunnya beban pokok hanya sedikit dibanding revenuenya sehingga laba brutonya menjadi kecil.
2. Mengalami rugi kurs yang cukup besar jika dibanding tahun 2017
3. Penghasilan lain-lainnya cuma sedikit
4. Selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak dalam mata uang asing meningkat
Walopun tertolong oleh biaya keuangan dan beban pajak yang sedikit tetap membuat ANJT mengalami EPS yang merah
Sekarang kita cari tau di lap tahunan ANJT tahun 2019.
Jika melihat LK 2019 dibanding tahun 2018 maka ANJT mengalami hal berikut
1. Revenue turun, beban pokok turun tetapi turunnya beban pokok hanya sedikit dibanding revenuenya sehingga laba brutonya menjadi kecil.
2. Pendapatan dividen lebih sedikit namun tertolong oleh
– rugi kurs yang lebih sedikit dibanding tahun 2018
– mendapat penghasilan lain-lain (jika ditelusuri di CLK 38 dan CLK 11 ternyata ANJT menjual investasinya (lihat CLK no 11)
sehingga laba usaha justru lebih besar dibanding tahun 2018.
3. Bagian atas laba entitas yang dicatat dengan metode ekuitas menurun drastis
4. Beban pajak penghasilan meningkat cukup pesat dan beban pajak ini yang membuat EPS ANJT minus
Jadi kesimpulannya adalah jika menemukan emiten yang EPSnya merah perhatikan bagian
1. Revenue (sebaiknya meningkat atau minimal stabil)
2. Beban-beban (sebaiknya menurun atau minimal stabil)
Temukan Saham Fundamental Bagus, Undervalue dan Di Bawah Rp 1000/ lembar
Belajar Langsung Analisa Value Investing GRATIS Via Telegram di
Follow Instagram InveStory ID untuk hiburan bursa saham
Sumber :
1. https://ekonomi.bisnis.com/