
Dalam beberapa hari ini saham OKAS naik secara signifikan dan membuat sebagian orang mengatakan OKAS merupakan saham turn around.
Beberapa media pun mengulas kira-kira apa penyebab saham OKAS ini naik secara signifikan.
Ada 3 sentimen yang menjadi “pengerek” utama dari OKAS ini
1. pembatalan pencabutan izin usaha dari PT Indotan Lombok Barat Bangkit
Mengutip keterbukaan informasi yang dirilis oleh perseroan, kenaikan nyaris 35% ini dipicu kabar terbaru bahwa pencabutan izin usaha entitas anak dari OKAS yakni PT Indotan Lombok Barat Bangkit secara resmi telah dibatalkan.
Pembatalan atas keputusan pencabutan izin usaha anak perusahaan tersebut diterbitkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia dengan nomor: 20220829-08-01-0003.
“Anak perusahaan dapat melanjutkan kembali kegiatan usahanya, khususnya untuk menyelesaikan kegiatan eksplorasi yang sudah direncanakan sebelumnya,” ujar Ahmad Zakky Habibie dalam keterangan resmi yang rilis hari ini, Jumat (9/9/2022).
Surat keputusan pembatalan pencabutan izin PT Indotan Lombok Barat Bangkit ditetapkan sejak 29 Agustus 2022 dan emiten milik mantan Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan ini tercatat menerima keputusan pembatasan atas pencabutan izin anak perusahaan pada 8 September 2022.
Sebagai informasi, lini usaha jasa pengeboran dan perawatan sumur minyak merupakan salah satu dari lini usaha OKAS. Lini usaha ini dilakukan melalui entitas anak, yaitu PT Bormindo Nusantara (BN). Jumlah kontribusi pendapatan entitas anak usaha tersebut berkisar 10-15% dalam total pendapatan konsolidasi OKAS.
2. Masuknya Romo Nitiyudo Wachjo yang bertindak sebagai pemegang saham terbesar kedua Ancora Resources dengan kepemilikan 13,45% saham.
Perlu diketahui sebelumnya bahwa Romo Nitiyudo merupakan presiden komisaris PT Petrosea Tbk (PTRO). Posisi tersebut diemban setelah PT Caraka Reksa Optima, yaitu konsorsium yang dipimpin oleh Anggara Suryawan. Konsorsium ini terdiri dari beberapa investor yang disponsori oleh Romo Nitiyudo Wachjo, mengakuisisi mayoritas saham PTRO dari PT Indika Energy Tbk (INDY).
Saat ini Romo Nitiyudo Wachjo menjadi pemegang saham terbesar kedua Ancora Resources dengan kepemilikan 13,45% saham.
Hal ini membuat peluang kerja sama OKAS dengan PT Petrosea Tbk (PTRO) dan beberapa perusahaan tambang besar lainnya di Indonesia semakin besar.
3. Kenaikan harga komoditas
OKAS diuntungkan atas peningkatan harga komoditas tambang dan energi dunia yang berimbas terhadap pertumbuhan aktivitas pertambangan batu bara dan pengeboran minyak. Dengan sendirinya jasa yang digeluti perseroan tengah mengalami peningkatan permintaan yang bisa berimbas terhadap kinerja keuangan ke depan.
4. Laporan keuangan Q2 yang positif
OKAS telah merilis lap keu Q2 2022 dan hasilnya sangat menggembirakan karena bisa membalikan situasi dari minus di Q2 2021 menjadi surplus di Q2 2022.
Selengkapnya bisa dibaca disini
Apakah hal-hal di atas akan membuat kinerja OKAS meningkat di kemudian hari? Jelas ini menjadi sinyal positif.
Namun perlu diketahui bahwa perusahaan kadang laba yang ada bisa full milik emiten, kadang malah dibagi 2 dengan kepentingan non pengendali.
Contoh kasusnya seperti ini Perusahaan A mempunyai anak usaha yaitu B. B ini yang melaksanakan bisnis jasa pertambangan.
Tetapi B ini tidak murni milik A tetapi ada perusahaan yang ikut menanam saham di perusahaan B yaitu perusahaan C, sehingga ketika perusahaan B mencetak laba 100juta maka laba tersebut akan dibagi 2 yaitu milik A dan milik C.
Besarannya tergantung sebanyak apa pembagian sahamnya.
Dan kasus dari OKAS di Q2 2022 seperti itu. Teman-teman bisa melihat detailnya disini
Per Q 2022 OKAS mencetak laba USD 6.2 Juta dan ternyata laba tersebut dibagi 2 dan OKAS hanya mendapat USD 2.7 Juta saja.
Apa efeknya? Tentu saja dividen yang akan diberikan jauh lebih kecil dibanding dengan laba yang tertulis.
Cerita singkatnya adalah pendapatan OKAS terbesar datang dari Bahan peledak dan jasa peledakan
Dan anak perusahan OKAS yang berbinis peledakan ini adalah PT Multi Nitrotama Kimia (“MNK”). Sayangnya kepemilikan OKAS di MNK ini hanya 50%.
Jadi untuk saat ini OKAS juga memiliki minus yang perlu diperhatikan oleh investor utamanya investor pemula yaitu
1. Kepentingan non pengendali besar
2. Hutang masih besar
Total hutang OKAS untuk periode Q2 2022 sebesar USD 158.8 Juta. Padahal OKAS sendiri hanya mempunyai aset USD 163.2 Juta.
Tidak perlu dijelaskan ya kalo hutangnya sama besar dibanding asetnya…hehehe
Jika teman-teman ingin mendapat analisa lain yang relatif lebih dalam bisa membaca di web STOCKGUIDE.ID
Sumber :
1. https://www.cnbcindonesia.com/